Pernak-pernik Foto Pre Wedding
focuz photography
Satu buah foto bisa mengeluarkan ribuan kata-kata. Dia mampu bercerita banyak hal. Jika Anda ingin berbagi kisah menarik kepada orang lain, pajanglah foto-foto kenangan Anda dalam beberapa bingkai. Selanjutnya, biarkan orang menikmati “cerita” yang mengalir dari foto yang Anda pajang tadi.
Begitu juga dengan foto-foto prewedding. Foto-foto pre wedding adalah cuplikan masa-masa indah calon kedua pengantin sebelum memasuki jenjang pernikahan. Kelak, foto-foto itu akan menjadi kisah masa lalu yang indah untuk diceritakan kepada anak dan cucu. Foto pre wedding juga bisa menjadi obat penawar ketika sebuah rumah tangga memasuki saat yang suram dan getir. Dengan melihat foto-foto masa lampau yang penuh kebahagiaan, kekuatan terhadap komitmen yang telah dibuat sebelumnya bisa menyala dan kembali “hidup”.
Ada dua macam fotografi pre wedding, yakni outdoor pre wedding dan indoor pre wedding. Kebanyakan calon pengantin lebih memilih pemotretan outdoor pre wedding ketimbang pemotretan indoor pre wedding. Sebab, dalam outdoor pre wedding, selain lokasinya bervariasi, calon pengantin juga bisa lebih berekspresi dan menikmati sesi pemotretan.
Dibanding dengan fotografi indoor, tentunya fotografi outdoor memiliki keunggulan tersendiri. Meskipun sang fotografer dalam fotografi indoor dapat mengatur sendiri sumber dan arah cahaya lampu kilat (blitz), hasil fotonya tidak bisa menyamai hasil fotografi outdoor.
Sama seperti semua elemen dalam dunia pernikahan, foto pre-wedding juga memiliki tren sendiri. Pada awalnya, banyak pasangan yang memilih lokasi pemotretan di museum, taman kota, kebun teh di daerah puncak, atau di pantai. Pose-posenya pun masih terbilang klasik: berpegangan tangan seraya berpelukan atau memandang satu sama lain.
Lalu, mungkin karena merasa lokasi-lokasi tadi sudah biasa, banyak pasangan yang memberanikan diri melangkah ke kelas yang lebih tinggi, misalnya dengan memilih pemotretan outdoor yang lokasinya terbilang jauh, seperti di Singapura, Eropa, atau Amerika. Bahkan dalam urusan posenya, sudah banyak pula yang menerapkan style ala majalah fashion.
Dalam fotografi pre wedding, sedikitnya ada lima faktor yang sangat mempengaruhi hasil foto outdoor. Kelima faktor tersebut yakni:
Konsep yang Matang
Contoh konsep foto yang paling sederhana adalah yang menerapkan tema casual. Di sini calon pengantin cukup mengenakan pakaian santai/casual seolah-olah mereka sedang berlibur di sebuah tempat atau daerah yang menyenangkan. Kostum kedua calon pengantin harus sesuai dengan tema yang akan diangkat. Jangan mengenakan kostum yang sobek, warnanya pudar, atau terkena noda karena bisa mengganggu foto secara keseluruhan. Juga jangan memakai kostum yang tidak nyambung dengan konsep.
Konsep lainnya bisa diciptakan sesuai kehendak hati, misalnya bertema profesi atau hobi. Sebagai contoh, memakai kostum tentara, polisi, pilot, dan lain sebagainya. Atau bisa juga dengan melakukan kegiatan seperti memancing, menyelam, hiking, piknik, dan lain-lain.
Kecakapan sang Fotografer
Dalam memotret, sang fotografer dituntut untuk pandai memilih sudut, memilih lokasi, dan tentunya mahir dalam men-setting kameranya agar bisa memotret obyek sesuai dengan situasi dan kondisi yang dibutuhkan.
Sumber cahaya, arah lampu, serta angle juga termasuk di dalamnya. Misalnya, jika yang ingin dibangun adalah suasana hutan, maka segi cahaya harus dibuat dengan sedikit gelap. Atau jika background-nya sebuah istana, maka dengan bantuan sedikit peralatan, pengaturan tata lampu, serta permainan warna yang jelas-jelas menonjolkan keadaannya, maka anda akan benar-benar serasa berada di istana.
Yang lebih penting adalah fotografer jenis ini harus benar-benar berpengalaman dalam memotret foto landscape atau pemandangan. Sebab, fotografer indoor belum tentu mahir saat beraksi di alam terbuka. Begitu juga sebaliknya, fotografer outdoor belum tentu mahir memotret obyek di dalam studio.
Peralatan yang memadai
Fotografer landscape memerlukan peralatan-peralatan tertentu untuk mengabadikan foto-foto dengan baik, mulai dari kamera RLT (refleks lensa tunggal), SLR (Single lens Reflex), tripod, lensa wide/super wide, CPL filter, ND filter, Graduated ND filter, Graduated color filter, atau Bubble level, hingga laptop.
Kadang keberadaan peta (atau mungkin GPS) juga membantu fotografer dalam menemukan tempat atau spot bagus, khususnya bila sedang hunting di daerah yang tidak ketahui atau lokasi yang baru.
Memang, dengan semakin mudahnya penggunaan software dan semakin canggihnya feature software pengolah gambar, kesalahan pada saat pemotretan bisa diatasi. Tapi penggunaan alat-alat tersebut kadang tidak diperlukan. Sebab, yang terbaik tetap saja foto yang natural atau yang tidak “dipermak” habis-habisan.
Lokasi Pemotretan yang Cocok
Jangan asal memilih lokasi pemotretan, pilihlah lokasi yang betul-betul indah untuk diabadikan. Jika lokasi pemotretan kurang indah, biasanya fotografer hanya akan mengambil foto-foto secara close up. Jika memang demikian, maka hasilnya tidak akan berbeda jauh dengan hasil foto studio. Cuaca di lokasi pemotretan juga berpengaruh sekali terhadap keindahan hasil akhir foto outdoor. Tapi, biasanya, yang menjadi lokasi pemotretan pre-wedding adalah museum-museum, taman kota, kebun teh di daerah puncak, atau pantai.
Bisa juga lokasinya adalah tempat favorit yang biasanya dikunjungi si pasangan, misalnya tempat makan atau tempat khusus untuk sekedar mengobrol menghabiskan waktu. Dan jangan khawatir meskipun tempat itu hanyalah sebuah rumah makan kecil di sudut kota. Sebab, dengan kecapakapan dan kejelian sang fotografer, serta ekspresi “hidup” kedua calon pengantin, fotofoto yang dihasilkan akan terlihat “bercerita”.
Atau bisa juga menggunakan latar kampus bila memang kedua calon pengantin bertemu pertama kali di kampus yang sama, lengkap dengan dandanan seperti dulu ketika masih menyandang status mahasiswa. Calon pengantin juga bisa mengingat kenangan yang paling indah pada saat pertama kali bertemu dan mengejawantahkannya dalam bentuk pose-pose. Dijamin seru!
Bahkan tempat-tempat yang tidak biasa juga bisa dijadikan latar yang menarik, misalnya di tengah padatnya lalu-lintas, di dalam bus transJakarta, di pasar kaget malam hari, halte, jembatan penyeberangan, atau bahkan di mal. Pemoteratan dengan ide-ide tidak biasa ini sangat menarik dan membutuhkan keberanian karena si pasangan harus berekspresi di area publik.
Pose dan Ekspresi
Faktor yang kelima ini juga tak kalah penting. Sebab, seindah-indahnya sebuah foto, jika model yang difoto tidak bisa berpose dan berekspresi, tentunya keindahan hasil foto jadi berkurang. Banyak pasangan yang tidak biasa menjalankan sesi ini. Entah lantaran tidak biasa difoto dengan berbagai pose tertentu atau karena fotografernya kurang pandai mengarahkan. Dan akhirnya yang didapat adalah senyum yang dipaksakan. Oleh sebab itu, fotografer harus pandai menciptakan suasana yang nyaman, sehingga calon pengantin bisa nyaman, tersenyum, bahkan tertawa bebas saat pemotretan.
Untuk mendapatkan suasana bahagia saat pemotretan, biasanya fotografer membiarkan pasangan bermain-main sendiri seakan-akan tidak sedang difoto. Si pasangan sebisa mungkin bersikap seolah-olah menjadi dua anak remaja yang sedang dimabuk asmara. Pada saat itulah biasanya tawa lepas dari pasangan muncul. Sebab, tertawa adalah cara termudah dalam memunculkan karakter bahagia. Jadi, perbanyak tawalah saat menjalani sesi pemotretan ini
* dari berbagai sumber
Foto: www.alexmoi.net
No comments:
Post a Comment