Salah satu jenis fotografi yang saya minati adalah fotografi liputan
wedding. Di acara pernikahan, banyak hal yang bisa difoto, misalnya
detail, dekorasi acara, makanan, dan tamu yang hadir.
Saya pernah beberapa kali foto di
acara wedding,
beberapa diantaranya teman dekat atau saudara. Kadang bekerja secara
profesional, kadang secara sukarela hehe.
Contoh-contoh foto dibawah ini
dari acara pernikahan klien saya
Di acara
wedding, bagi saya yang paling penting adalah
menangkap momen dan hubungan antar manusia yang bercerita. Maka itu
lebih mudah jika kita mengenal sedikit banyak keluarga dan tamu-tamu
penting dari pengantin.
Aspek fotografi liputan yang perlu diperhatikan tidak sama dengan
jenis fotografi lainnya. Kalau foto liputan yang penting adalah
timing, komposisi yang bercerita dan lighting/pencahayaan.
Unsur “bercerita” ini penting karena foto liputan pada dasarnya adalah
merangkai foto menjadi sebuah cerita. Peran fotografer disini adalah
sebagai seorang tukang cerita/storyteller.
Ada beberapa ketrampilan yang wajib untuk dikuasai oleh fotografer liputan wedding, antara lain:
1. Foto portrait dan group Portrait
Di acara pernikahaan, fotografter dituntut untuk bisa foto
portrait/orang dan mengendalikan cahaya dengan baik. Jika ada
kesempatan, pilihlah latar belakang yang menarik tapi tidak terlalu
mengganggu pandangan dari subjek utama (orangnya). Kalau bisa hindari
pemakaian lampu kilat secara langsung karena cahaya langsung dari flash
sifatnya keras dan menyilaukan orang yang difoto.
Sama halnya dengan mengendalikan lampu video (halogen). Hindari
menyinari subjek secara langsung. jika Ada yang memakai kacamata,
pantulannya akan menutupi mata (
glare). Sebaiknya lampu kilat/video dipantulkan ke langit-langit dulu sehingga kualitas cahaya lebih halus.
2. Menyeimbangkan lampu kilat dengan lingkungan
Keterampilan yang penting dalam fotografi pernikahan adalah mengetahui
dasar fotografi dan dasar lighting. Merupakan
bencana kalau sang fotografer hanya bisa mengunakan
mode AUTO.
Mengendalikan lampu kilat di mode manual juga sangat penting.
Seringkali saya melihat fotografer yang mengunakan merek flash yang
tidak semerek dengan kameranya. Yang tidak semerek biasanya penghitungan
AUTO/TTLnya tidak akurat. Sehingga fotografer harus mengendalikan
kekuatan flash dengan mode manual.
Di dalam kondisi cahaya yang kurang baik, jangan ragu untuk
mengunakan ISO yang tinggi seperti ISO 1600 dan bahkan ISO 6400. Memang,
foto di ISO tinggi tidak begitu bagus, tapi hasil cetak ISO tinggi
kamera digital generasi sekarang itu sangat baik. Saya pernah cetak
besar (20×30″) foto ISO 1600 dan pernah cetak foto ukuran 10R dengan ISO
6400 hasilnya masih sangat baik.
3. Timing dan komposisi yang bercerita
Tugas yang paling berat bagi fotografer wedding adalah memotret saat
yang tepat dengan sudut pengambilan dan komposisi yang tepat. Untuk
mendapatkan foto yang momennya bagus, kita harus rajin mengantisipasi
dan selalu siap sedia. Kesabaran juga sangat penting. Tidak ada artinya
foto berturut-turut layaknya mengunakan senapan mesin jika momennya
tidak bagus. Daripada 1000-2000 foto yang biasa-biasa saja, lebih baik
100-200 foto yang timingnya pas.
Momen yang tepat ditambah dengan komposisi yang bagus, akan membuat
foto lebih kuat lagi. Komposisi yang baik adalah komposisi yang selain
subjek fotonya menarik, latar belakangnya juga mendukung. Subjek foto
dan latar belakang seakan-akan bercerita tentang apa yang terjadi malam
itu dengan jelas dan menarik.
4. Editing dan manajemen foto (post processing)
Tidak semua foto perlu di edit habis-habisan. Menguasai proses
editing bagi saya perlu misalnya untuk mengkoreksi terang gelap, warna,
distorsi lensa, kroping dan kontras. Saya berupaya tidak terlalu
mengubah warna dan isi foto supaya hasilnya tetap bisa mencerminkan
kejadian pada saat itu. Sehingga 10 tahun kedepan, saya berharap
pengantin, keluarga dan tamu bisa mengingat keadaan saat itu dengan
mudah. Sekitar 95% foto saya lakukan dengan
Adobe Photoshop Lightroom (versi terbaru 4.2).
salam jepret :)
best reggard
focuz photography